Selayang pandang Jepang | |

Selayang pandang Jepang

Editorial


Oleh :Erik Sjamsumar



Jepang Selayang Pandang


Kekalutan di dunia politik terus mengalami pasang-surut di Jepang sejak berakhirnya pemerintahan dibawah Perdana Menteri Junichiro Koizumi 3 tahun lalu. Selepas berakhirnya masa tugas Perdana Menteri Koizumi penggantinya Perdana Menteri Shinzo Abe hanya sempat menjalankan pemerintahannya selama kurang dari 1 tahun yang dilanjutkan dengan pengunduran diri Perdana Menteri berikutnya Yasuo Fukuda..

Kedua Perdana Menteri tersebut terpaksa harus mengundurkan diri karena kondisi fisik yang tidak mengizinkan untuk melanjutkan tugasnya. Setelah itu beberapa bulan terjadi kekosongan pos jabatan Perdana Menteri. yang berakhir dengan pengukuhan Menteri Luar Negeri Taro Aso tahun lalu sebagai Perdana Menteri Jepang ke-92.


Namun setelah masuk awal tahun 2009 seiring dengan terjadinya krisis moneter yang yang telah menyeret kebangkrutan Bank investasi Lehman Brothers dan akuisisi Merrill Lynch oleh Bank of America telah menyebabkan perekonomian Jepang-pun mengalami gunjangan yang tidak kalah kerasnya.

Resesi ekonomi dunia merambat ke seluruh penjuru negara dibelahan dunia. Disaat kesemerawutan ekonomi ini terjadi masmedia Jepang yang sejak lama memegang kunci sebagai pengendali suara masyarakat dengan propagandanya telah berusaha menyeret Perdana Menteri Taro Aso untuk turun dari kursinya. Hal-hal seperti inilah yang selama beberapa tahun terakhir ini telah menghilangkan kepercayaannya dan perhatian masyarakat Jepang pada politik dalam negeri yang tengah berlangsung.

Namun tampaknya semangat dan kekuatan mental Perdana Menteri Taro Aso kali ini tidak selemah pendahulu-pendahulunya. Ia tampak tegar dan penuh percaya diri pada setiap sepak-terjang dan argumentasi yang ia kemukakan. Sikapnya dalam mengatasi tugas-tugasnya tegar layak disebut sebagai orang dalam pepatah Indonesia yang berbunyi Tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan atau dalam bahasa Jepangnya dapat diterjemahkan sebagai “ Atsusanimo hibiwarenai, Ameni sarasaretemo kusaranai” . Ia adalah sosok polotikus bermental baja yang jarang dimiliki oleh Jepang sampai sekarang ini. Ia tidak akan berubah tidak mudah hanyut terbawa oleh isyu-isyu masmedia yang tengah berdengung.

Dari sudut ini saya beranggapan bahwa Perdana Menteri Aso memiliki ketidak-pekaan (Insensivity) dalam artian positif yang lebih unggul daripada pendahulunya Koizumi yang dikenal sebagai Perdana Menteri yang tidak pernah ambil pusing dengan hasil angket masyarakat tentang angka popularitas dirinya.


Munculnya politikus yang insensivity seperti Koizumi ini merupakan gebrakan baru reformatif bagi masyarakat Jepang yang sejak selama berabad-abad memiliki budaya sensitiv dan budaya menghukum orang yang memiliki keinginan menonjol sendiri atau di dalam peribahasa Jepang dikenal sebagai “Deru kugi utareru” yang artinya “Paku yang menonjol harus diketuk”. Peribahasa ini muncul di Jepang karena adanya latar belakang sejarah Jepang yang menjunjung tinggi keharmonisan. Kesama-rataan dan menghapuskan persaiangan dalam masyarakat.


Budaya insensivity yang dimiliki Koizumi ini sempat mendapat perhatian dan serangan banyak masyarakat dan masmedia sehingga disaat yang bersamaan sebuah buku berjudul “Donkanryoku “ atau dalam bahasa Inggrisnya “The power of Insensivity “ yang ditulis oleh Junichi Watanabe telah meraih hasil penjualan sebagai buku terlaris atau Best Selller di tahun 2007 lalu di seluruh Jepang.


Munculnya Junichiro Koizumi dan Taro Aso sebagai tokoh politik yang tidak rentan ini dapat dikatakan sebagai suatu pertanda telah ada pembaharuan pola pikir yang tajam dalam masyarakat Jepang secara umum.

Meskipun Perdana Menteri Taro Aso memiliki kekuatan insensivity, kepercayaan diri serta kemampuan berdiplomasi yang handal yang ia buktikan seperti saat ia berdiplomasi dengan Presiden terpilih AS Barack. H. Obama, namun masmedia swasta pada umumnya serta para pengamat politik Jepang tidak pernah mau melihat dan tidak menghiraukan sisi kelebihan daripada kekurangan yang dimiliki Perdana Menteri yang satu ini.

Kebijakan-kebijakan internasional yang diambil oleh pemerintah Jepang di bawah Perdana Menteri Taro Aso tetap berlangsung seperti semula walau disana-sini terjadi pengetatan ikat pinggang seperti pada anggaran bantuan luar negeri. Kerjasama dengan negara-negara Asia pada umumnya dengan Indonesia pada khususnya berjalan selangkah ke depan seperti dalam hal implementasi perjanjian kemitraan ekonomi (EPA) belateral yang di dalamnya termasuk program penerimaan tenaga kerja perawat dan caregivers dari Indonesia yang sekarang ini sudah terealisasi di bulan Pebruari 2009 lalu.



Saat ini laju pertumbuhan ekonomi Jepang mencatat rekor sebagai laju pertumbuhan yang terendah yakni minus 5,8%.Dan kesibukan diberbagai wilayah kota dan daerah di Jepang mengalami kelesuan. Berbagai sektor usaha dan masyarakat tampak seolah sedang berusaha keras memanjat tebing terjal untuk menghindari agar tidak terjerumus ke dalam jurang berselimut kabut yang gelap.


Namun Hari ini hari selasa 24 Maret tahun 2009 salah satu peristiwa besar yang telah membangkitkan semangat Jepang untuk memulihkan perekonomiannya telah berkobar. Peristiwa ini adalah peristiwa olah-raga, pertandingan fiinal perebutan kejuaraan World Basebal Clasic (WBC) bergengsi dimana tim nasional Baseball Jepang kembali mengulangi sejarah kemenangannya setelah mengalahkan Korea Selatan dengan skors 5-3 di turnamen kejuaraan Baseball Dunia di Petco Park Stadium Los Angeles AS.



Saat-saat pertandingan berlangsung lebih dari 45,6% penduduk Jepang menyaksikan siaran langsung pertandingan Baseball tersebut. Acara final turnamen Baseball ini diprediksi telah mengurangi jalannya aktifitas ekonomi negara Jepang dan Korea Selatan selama 4 jam. Namun beberapa masmedia mengabarkan bahwa dengan adanya acara turnamen Baseball WBC ini telah menghasilkan revenue sejumlah 55 Milyar Yen dari hasil penjualan souvenir baseball dan sebagainya.

Turnamen Baseball tersebut telah diikuti oleh 16 negara dunia seperti; Belanda, Italia, Afrika Selatan, Jepang, Korea, Taiwan, China, Australia, Canada, AS, Cuba, Domonica, Mexico, Panama, Puertorico dan Venezuela.


Sebagian pengamat Basebal Amerika telah memuji pola permainan tim Jepang yang tidak membiarkan begitu saja pukulan bola lawan menerjang . Tim Jepang telah membuktikan jenis permainan yang luar biasa pantang menyerah mengejar bola dengan berlari cepat dan menangkapnya. Permainan tim Jepang dan Korea Selatan ini dinilai sebagai permainan Baseball yang sangat berkualitas.


Tim Jepang yang dibina oleh pelatihnya Hara dijuluki sebagai tim “Samurai Japan” telah membuktikan kemampuan teknik dan kerjasama tim yang mengaggumkan.

Tim nasional Jepang ini beranggotakan para pemain Baseball propesional Jepang pilihan yang diambil dari club nasional Jepang maupun pemain baseball Jepang yang sedang terikat kontrak dengan tim baseball di luar negeri seperti Ichiro Suzuki dan Ken Johjima dari Seatle Mariners AS.

Dapat juga dikatakan bahwa faktor kemenangan Tim nasional Jepang sebagai tim nomor 1 dalam turnamen WBC di tahun 2006 lalu dan tahun 2009 ini tidak terlepas dari adanya sosok seorang pemain yang telah memberikan pengaruh dan kekuatan pisikologis bagi anggota tim nasional Jepang yaitu sang dewa Baseball Ichiro Suzuki.


Himpunan masyarakat Indonesia yang berdomisili di Jepang serta rakyat Indonesia mengucapkan Selamat sukses atas kemenangan tim nasional Jepang dalam kejuaran World Baseball Clasic tahun 2009 ini.(ES 2009)





BERITA JEPANG BERBAHASA INDONESIA ”PRASASTI ” (インドネシア語と日本語のニュース)-Samrai Japan4